Saat
ini perkembangan dunia teknologi sangat berkembang pesat terutama dalam
dunia IT (Informatic Technology). Perkembangan dunia IT berimbas pada
perkembangan berbagai macam aspek kehidupan manusia. Salah satu aspek
yang terkena efek perkembangan dunia IT adalah kesehatan. Dewasa ini
dunia kesehatan modern telah memanfaatkan perkembengan
teknologi
untuk meningkatkan efisiensi serta efektivitas di dunia kesehatan.
Salah satu contoh pengaplikasian dunia IT di dunia kesehatan adalah
penggunaan alat-alat kedokteran yang mempergunakan aplikasi komputer,
salah satunya adalah USG (Ultra sonografi). USG adalah suatu alat dalam
dunia kedokteran yang memanfaatkan gelombang ultrasonik, yaitu gelombang
suara yang memiliki frekuensi yang tinggi (250 kHz - 2000 kHz) yang
kemudian hasilnya ditampilkan dalam layar monitor. Pada awalnya penemuan
alat USG diawali dengan penemuan gelombang ultrasonik kemudian
bertahun-tahun setelah itu, tepatnya sekira tahun 1920-an, prinsip kerja
gelombang ultrasonik mulai diterapkan dalam bidang kedokteran.
Penggunaan
ultrasonik dalam bidang kedokteran ini pertama kali diaplikasikan untuk
kepentingan terapi bukan untuk mendiagnosis suatu penyakit. Dalam hal
ini yang dimanfaatkan adalah kemampuan gelombang ultrasonik dalam
menghancurkan sel-sel atau jaringan “berbahaya” ini kemudian secara luas
diterapkan pula untuk penyembuhan penyakit-penyakit lainnya. Misalnya,
terapi untuk penderita arthritis, haemorrhoids, asma, thyrotoxicosis,
ulcus pepticum (tukak lambung), elephanthiasis (kaki gajah), dan bahkan
terapi untuk penderita angina pectoris (nyeri dada). Baru pada awal
tahun 1940, gelombang ultrasonik dinilai memungkinkan untuk digunakan
sebagai alat mendiagnosis suatu penyakit, bukan lagi hanya untuk terapi.
Hal tersebut disimpulkan berkat hasil eksperimen Karl Theodore Dussik,
seorang dokter ahli saraf dari Universitas Vienna, Austria. Bersama
dengan saudaranya, Freiderich, seorang ahli fisika, berhasil menemukan
lokasi sebuah tumor otak dan pembuluh darah pada otak besar dengan
mengukur transmisi pantulan gelombang ultrasonik melalui tulang
tengkorak. Dengan menggunakan transduser (kombinasi alat pengirim dan
penerima data), hasil pemindaian masih berupa gambar dua dimensi yang
terdiri dari barisan titik-titik berintensitas rendah. Kemudian George
Ludwig, ahli fisika Amerika, menyempurnakan alat temuan Dussik. Tahun
1949, John Julian Wild, ahli bedah Inggris yang bekerja di Medico
Technological Research Institute of Minnesota, berkolaborasi dengan John
Reid, seorang teknisi dari National Cancer Institute. Mereka melakukan
investigasi terhadap sel-sel kanker dengan alat ultrasonik. Beberapa
jenis alat yang dibuat untuk kepentingan investigasi tersebut antara
lain B-mode ultrasound, transduser/alat pemindai jenis A-mode
transvaginal, dan transrectal. Prinsip alat-alat tersebut mengacu pada
sistem radar.
Oleh
sebab itu mereka kemudian menyebutnya sebagai Tissue Radar Machine
(mesin radar untuk deteksi jaringan). Beberapa hasil penelitian lanjutan
yang cukup penting dalam bidang obstetri ginekologi antara lain
ditemukannya metode penentuan ukuran janin (fetal biometry), teknologi
transduser/alat pemindai digital, transduser dua dimensi dan tiga
dimensi modern penghasil tampilan gambar jaringan yang lebih fokus, dan
penentuan jenis kelamin janin dalam kandungan (Fetal Anatomic Sex
Assignment/FASA). Teknologi transduser digital sekira tahun 1990-an
memungkinkan sinyal gelombang ultrasonik yang diterima menghasilkan
tampilan gambar suatu jaringan tubuh dengan lebih jelas. Penemuan
komputer pada pertengahan 1990 jelas sangat membantu teknologi ini.
Gelombang ultrasonik akan melalui proses sebagai berikut, pertama,
gelombang akan diterima transduser. Kemudian gelombang tersebut diproses
sedemikian rupa dalam komputer sehingga bentuk tampilan gambar akan
terlihat pada layar monitor. Transduser yang digunakan terdiri dari
transduser penghasil gambar dua dimensi atau tiga dimensi. Seperti
inilah hingga USG berkembang sedemikian rupa hingga saat ini.
Ultrasonografi
medis (sonografi) adalah sebuah teknik diagnostik pencitraan
menggunakan suara ultra yang digunakan untuk mencitrakan organ internal
dan otot, ukuran mereka, struktur, dan luka patologi, membuat teknik ini
berguna untuk memeriksa organ. Sonografi obstetrik biasa digunakan
ketika masa kehamilan. Pilihan frekuensi menentukan resolusi gambar dan
penembusan ke dalam tubuh pasien. Diagnostik sonografi umumnya
beroperasi pada frekuensi dari 2 sampai 13 megahertz. Sedangkan dalam
fisika istilah "suara ultra" termasuk ke seluruh energi akustik dengan
sebuah frekuensi di atas pendengaran manusia (20.000 Hertz), penggunaan
umumnya dalam penggambaran medis melibatkan sekelompok frekuensi yang
ratusan kali lebih tinggi. Ultrasonografi atau yang lebih dikenal dengan
singkatan USG digunakan luas dalam medis. Pelaksanaan prosedur
diagnosis atau terapi dapat dilakukan dengan bantuan ultrasonografi
(misalnya untuk biopsi atau pengeluaran cairan). Biasanya menggunakan
probe yang digenggam yang diletakkan di atas pasien dan digerakkan: gel
berair memastikan penyerasian antara pasien dan probe. Dalam kasus
kehamilan, Ultrasonografi (USG) digunakan oleh dokter spesialis
kedokteran (DSOG) untuk memperkirakan usia kandungan dan memperkirakan
hari persalinan. Dalam dunia kedokteran secara luas, alat USG
(ultrasonografi) digunakan sebagai alat bantu untuk melakukan diagnosa
atas bagian tubuh yang terbangun dari
cairan.
Sonograf ini menunjukkan citra kepala sebuah janin dalam kandungan.
Ultrasonografi medis digunakan dalam: • Kardiologi; lihat ekokardiografi
• Endokrinologi • Gastroenterologi • Ginaekologi; lihat ultrasonografi
gynekologik • Obstetrik; lihat ultrasonografi obstetrik • Ophthalmologi;
lihat ultrasonografi A-scan, ultrasonografi B-scan • Urologi •
Intravascular ultrasound • Contrast enhanced ultrasound
2.3 Inovasi Dari Penggunaan IT pada Bidang Keperawatan
Definisi PDA (Personal Digital Assistants) adalah sebuah alat komputer genggam portable, dan dapat dipegang tangan yang didesain sebagai organizer individu, namun terus berkembang sepanjang masa (Koeniger-Donohue, 2008).
PDA memiliki fungsi antara lain sebagai kalkulator, jam, kalender,
games, internet akses, mengirim dan menerima email, radio, merekam
gambar/video, membuat catatan, sebagai address book, dan juga spreadsheet (Mechling, Gast, & Seid, 2009).
PDA terbaru bahkan memiliki tampilan layar berwarna dan kemampuan
audio, dapat berfungsi sebagai telepon bergerak, HP/ponsel, browser
internet dan media players. Saat ini banyak PDA dapat langsung mengakses
internet, intranet dan ekstranet melalui Wi-Fi, atau WWAN (Wireless Wide-Area Networks). Dan terutama PDA memiliki kelebihan hanya menggunakan sentuhan layar dengan pulpen/touch screen (Chatterley & Chojecki, 2010).
Pemanfaatan
PDA dan tehnologi pada akhirnya berpulang kepada perawat itu sendiri.
Namun sudah semestinya diharapkan keterlibatan institusi rumah sakit
atau pendidikan keperawatan, agar mampu merangsang pemanfaatan tehnologi
informasi/nursing computer secara luas di negara kita. Di Indonesia
seyogyanya akan lebih baik jika dosen/CI (clinical instructor)
dari institusi pendidikan AKPER/STIKES/FIK mulai mengenal pemanfaatan
PDA, dalam interaksi belajar mengajar. Misalnya saja saat pre/post conference
pembahasan kasus praktek mahasiswa di RS apabila terdapat obat/tindakan
keperawatan yang rumit, maka dosen dan mahasiswa dapat langsung akses
browser internet.
Demikian
pula halnya di level manajer keperawatan setingkat Kepala bidang
Keperawatan/supervisor keperawatan di RS pun demikian. PDA sebagai
organizer, dan smart phone dapat membantu bidang pekerjaan perawat dalam
peran sebagai manajer. Setiap kegiatan rapat, pengambilan keputusan,
penggunaan analisa data dan teori keperawatan dapat diakses segera
melalui PDA (Platt, 2009). Setiap data yang ada di RS dapat pula bermanfaat untuk bahan analisa riset keperawatan, masukkan untuk perumusan kebijakan/policy dan penunjang sistem TI (tehnologi informasi) di RS. Sehingga bukan tidak mungkin akan tercipta nursing network
(jaringan keperawatan online) yang dapat memberikan pertukaran
informasi data dan program kesehatan secara online tanpa mengenal batas
geografis (Platt, 2009).
Akan
ada saatnya dimana keperawatan, perawat, klien, asuhan keperawatan akan
bersinggungan dan berjalan seiringan dengan perkembangan percepatan
tehnologi. Sentuhan asuhan keperawatan dimasa mendatang bukan tidak
mungkin, akan semakin banyak berkembang pesat. Aplikasi telemetry
(alat monitor jantung pasien) di ruang rawat semisal medikal pada
pasien jantung koroner/MI, yang dimonitor melalui CCU untuk melihat
irama dan patologi, sistem data base pasien, dan bahkan di Singapura
telah dikembangkan alat pengukuran suhu pasien dengan dimonitor melalui
komputer - menjadi terobosan baru yang perawat perlu ketahui (Joan, et al., 2006).
Hingga ada saatnya pula tehnologi informatika dapat membantu mengurangi
beban kerja perawat, dan meningkatkan akurasi hasil asuhan keperawatan
yang diberikan di Indonesia.
Perkembangan
pemanfaatan PDA di dunia keperawatan Indonesia nampaknya masih sangat
minim, berbeda dengan di luar negeri yang sudah berkembang pesat.
Kemungkinan faktor penghambatnya yaitu kurang terpaparnya perawat
Indonesia dengan teknologi informatika khususnya PDA, masih
bervariasinya tingkat pengetahuan dan pendidikan perawat, dan belum
terintegrasinya sistem infirmasi manajemen berbasis IT dalam parktek
keperawatan di klinik. Mungkin perlu ada terobosan-terobosan dari
organisasi profesi perawat bekerjasama dengan institusi pelyanan
kesehatan untuk lebih mengaplikaskan lagi sistem informasi manajemen
berbasis IT dalam memberikan pelayanan ke pasien. Semula memang terasa
menyulitkan dan membutuhkan waktu lebih lama saat menerapkan program
tersebut.
Namun
setelah terbiasa terasa sangat membantu perawat sehingga mengurangi
administrasi kertas kerja dalam asuhan keperawatan. Seperti contohnya,
perawat tidak perlu lagi mengisi format tanda vital/vital signs pasien (dengan pulpen warna biru, merah, hitam, hijau dsb), cukup dengan langsung entry ke komputer. Sehingga yang semula ada sekitar 6 lembar kertas kerja yang perlu diisikan, sekarang cukup 1 saja yaitu nurses notes (catatan keperawatan) (Brubaker, et al., 2009).
Pengambilan
dan pengolahan data menggunakan PDA oleh dokter, perawat dan tenaga
kesehatan lainnya, akan berdampak terhadap meningkatnya perawatan pasien
dan meningkatkan efisiensi dengan mengurangi kesalahan medis,
meningkatkan kualitas perawatan pasien dan keselamatan (Fisher & Koren, 2007).
PDA juga dapat dihubungkan dengan informasi di Internet dan mampu
menerima program-program penting untuk praktek keperawatan, yang dapat
disinkronkan dengan komputer pribadi. Perawat pendidik memiliki tanggung
jawab besar dalam bidang ini dan perlu menyadari dan tanggap terhadap
tren baru dan perubahan dalam lingkungan perawatan. Munculnya
informatika keperawatan dalam praktek merupakan sebuah tantangan untuk
pendidik perawat untuk menemukan cara-cara untuk mengintegrasikan
teknologi di kurukilum keperawatan (Simpson, 2001).
Belajar bagaimana menggunakan PDA sebagai organizer pribadi dan menetapkan bahwa technology, sebagai alternatif untuk mencari beberapa literature ke situs klinis (Koeniger-Donohue, 2008). Penggunaan
PDA telah digambarkan sebagai strategi baru yang berguna untuk
mempromosikan keselamatan pasien melalui pendekatan berbasis informatika
terhadap pendidikan keperawatan untuk penggunaan dokumentasi selama
pertemuan klinis, untuk mengambil informasi yang terkait dengan
keselamatan pasien di area perawatan, dan mengembangkan keterampilan
prosedural.
Siswa
keperawatan yang menggunakan pembelajaran dengan PDA bisa meningkatkan
kemampuan dan kepercayaan diri untuk secara jelas mengkomunikasikan
informasi kesehatan yang akurat kepada pasien mereka. Pasien akan
mendapatkan pengetahuan dan peningkatan self-efficacy
untuk berpartisipasi dalam pengambilan informasi perawatan kesehatan
membuat dan karenanya memiliki kesempatan lebih baik untuk mengelola
kesehatan mereka.
Hambatan
untuk memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu tidak hanya
dipengaruhi oleh kekurangan penyedia layanan kesehatan, kurangnya
fasilitas, atau asuransi kesehatan tetapi juga oleh hambatan pribadi
seperti perbedaan bahasa. Hasil pembelajaran dalam praktikum klinis
dalam pendidikan keperawatan mengharapkan siswa untuk mengembangkan
pengetahuan keperawatan secara menyeluruh memliputi proses penyakit dan
perawatan, farmakologi, dan ketrampilan klinis keperawatan untuk
memberikan asuhan keperawatan yang kompeten dan aman.
Penggunaan
PDA dalam setting pendidikan klinis dapat menyediakan informasi
mengenai obat, penyakit, proses tanda & gejala, penyakit, pengobatan
dan prosedur keperawatan keterampilan, dan kesehatan. Penilaian
menyediakan Sebuah upaya persiapan klinis bagi siswa ini menunjukkan
tiga manfaat dari PDA: ukuran perangkat memungkinkan siswa untuk merekam
keperawatan keterampilan atau pengalaman belajar segera setelah waktu
klinis, manajemen waktu dalam perspektif untuk evaluasi klinis adalah
bahwa sedikit waktu yang dipercepat untuk menyelesaikan evaluasi dengan
dokumentasi kinerja dan pertumbuhan dalam file PDA, dan mobilitas PDA
sangat penting untuk pekerjaan yang harus diselesaikan dalam konferensi
kamar atau tempat yang ditunjuk lainnya. Secara keseluruhan, proyek-proyek positif menunjukkan bahwa integrasi PDA menjadi kinerja klinis efektif.
Informatika
kedokteran berhubungan dengan semua ilmu dasar dan terapan dalam
kedokteran dan terkait sangat erat dengan teknologi informasi modern,
yaitu komputer dan komunikasi. Posisinya di kedokteran berada di
persilangan antara berbagai disiplin ilmu dasar dan terapan di
kedokteran serta disiplin di luar kedokteran, seperti ilmu informasi,
komputer, statistika, dan psikologi.
Secara terapan, aplikasi informatika kedokteran meliputi rekam medis
elektronik, sistem pendukung keputusan medis, sistem penarikan informasi
kedokteran, hingga pemanfaatan internet dan intranet untuk sektor
kesehatan, termasuk pengembangan sistem informasi klinis. Informatika
kedokteran sebagai disiplin baru berkembang terutama karena kesadaran
bahwa pengetahuan kedokteran tidak akan mampu terkelola (unmanageable) oleh metode berbasis kertas (paper-based methods).
Menurut Shortliffe, subdomain dalam informatika kedokteran (atau kesehatan) adalah sebagai berikut:
- Bioinformatika bekerja pada proses molekuler dan seluler. Riset dan aplikasi bioinformatika memfasilitasi upaya-upaya rekayasa genetik, penemuan vaksin, hingga ke riset besar tentang human genome project.
- Medical imaging (informatika pencitraan) mengkaji aspek pengolahan data dan informasi digital pada level jaringan dan organ. Kemajuan pada sistem informasi radiologis, PACS (picture archiving communication systems), sistem pendeteksi biosignal adalah beberapa contoh terapannya.
- Informatika klinis, yang menerapkan pada level individu (pasien), mengkaji mengenai berbagai inovasi teknologi informasi untuk mendukung pelayanan pasien, komunikasi dokter pasien, serta mempermudah dokter dalam mengumpulkan hingga mengolah data individu.
- Informatika kesehatan masyarakat yang berfokus kepada populasi untuk mendukung pelayanan, pendidikan dan pembelajaran kesehatan masyarakat.
Para
ahli informatika kedokteran memiliki organisasi yang menghimpun tokoh,
peneliti, organisasi (baik akademik, pendidikan, penelitian maupun
pelayanan) serta industri yang memiliki aktivitas dalam informatika
kedokteran yaitu International Medical Informatics Association (IMIA).
Organisasi ini memiliki beberapa workgroup maupun special interest group
yang masing-masing memiliki bidang kajian informatika kedokteran yang
berbeda-beda seperti aspek pendidikan, standar, informatika kedokteran
untuk negara berkembang dan lain sebagainya.
Kesehatan
merupakan pendekatan preventif dan promotif. Oleh karenanya dalam
kajian ilmu terjadi pemisahan dari kedokteran. Pada Informatika
Kesehatan terdapat hal yang prinsip yang sangat berbeda dengan
Informatika Kedokteran. Pada Informatika Kesehatan beberapa penelusuran
masalah akan berawal dari eviden base. Karena itu cakupan
informatika kesehatan merupakan cakupan massal bukan individu.
Indikator-indikator kesehatan tidak terbentuk secara individu tetapi
merupakan komulatif dari massa/public. pada informatika kesehatan tidak
dilakukan intervensi secara personal tetapi secara public. Pada
informatika Kesehatan tidak berbasis kuratif dan rehabilitatif tetapi
menekankan pendekatan promotif dan preventif. Teknologi pada Informatika
Kesehatan digunakan untuk melakukan intervensi secara publik dengan
cakupan yang luas. Tahun 1995 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia melalui Departemen Biostatistik
memulai mengkaji Informatika Kesehatan dengan membuka peminatan
Informatika Kesehatan, hingga sekarang (2007) telah ada alumni yang
berkiprah dalam berbagai bidang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar